Assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum fren
Sebenarnya gw ikutan nge'Blog ya ikut2an ajaa, hehehe..
gw orangnya crewet, dan dirumah cuman ada gw, anak2 & Mba(yg bantu2) aja.. so kuping Mba'lah yg sering jd korban ocehan2 gw dari A ampe Z.. abisan gimana, masa gw salurkan ke anak2? kan mreka belon pantas denger ocehan2 'asal' orang dewasa (qqqqqq....)
Naahh biar Mba bisa leluasa bekerja, mendingan gw ikutan nge'blog deh. Ga'da yang marah kan :)

Lumayaan'lah bisa berbagi...
enak dong kalau bisa tau sama2, ketawa sama2, merenung sama2, dan saling mendo'akan :)


Rabu, 26 Januari 2011

Cerita Rakyat dari Maluku Utara

Si Rusa dan si Kulomang

Rusa di Kepulauan Aru mempunyai kemampuan berlari dengan sangat cepat. Namun, karena kelebihan itu, mereka menjadi hewan yang sombong dan serakah. Demi kesenangan, mereka menantang hewan lain untuk berlomba lari. Lawan yang berhasil dikalahkan harus menyerahkan tempat tinggal mereka kepada rusa. Tentu saja rusa yang jadi pemenangnya. Sudah banyak wilayah di Kepulauan Aru yang berhasil mereka kuasai. Luasnya wilayah mereka membuat rusa semakin merasa berkuasa. Mereka mengganggap diri mereka bangsa penguasa pulau.
Di tempat lain, di tepian Pulau Aru, terdapat sebuah pantai yang sangat indah. Deburan ombak yang lembur, tiupan angin yang sejuk, dan hamparan pasir yang hangat membuat siapa pun yang berada di sana merasa nyaman. Di sanalah hidup siput laut yang terkenal sebagai hewan yang cerdik dan sabar. Mereka hidup bersama dan saling tolong-menolong. Mereka sadar akan kelemahan tubuh mereka. Tapi, mereka percaya bahwa kekuatan otak tidak kalah dengan kekuatan apapun. Pada suatu hari, rusa menantang siput yang bernama Kulomang untuk bertanding. Selain ingin menguasai keindahan pantai, rusa ingin memuaskan hati dengan menambah koleksi kemenangan. Rusa sangat yakiin dapat mengalahkan siput. Di seluruh pulau, siputlah binatang yang terkenal paling lambat berjalan. Berjalan dan berlari tidak terlihat bedanya. Selain itu, siput selalu membawa cangkang yang ukurannya melebihi tubuh mereka. Bagi rusa, tidak ada halangan yang mengganggunya untuk memenangkan pertandingan. Tapi, ada satu hal yang dilupakan rusa, siput adalah binatang yang terkenal dengan kecerdikannya.
Hari pertandingan pun tiba. Rusa membawa rombongannya untuk menyaksikan pertandingan dengan wajah optimis. Tak mau kalah, siput juga membawa sepuluh temannya. Masing-masing dari mereka ditempatkan di setiap pemberhentian yang telah ditentukan. Dia meminta agar teman-temannya membalas setiap perkataan rusa. Jalur yang akan mereka pakai, melewati 11 tempat peristirahatan termasuk tempat dimulainya pertandingan. Dia sendiri akan berada di garis start bersama rusa sombong.
“Sudah siap menerima kekalahan, siput?” tantang rusa dengan congkaknya.
“Siapa takut?!” ujar siput pendek.
Pertandingan pun dimulai. Si rusa lari secepat kilat mendahului siput. Sementara siput berjalan dengan tenang ke arah semak-semak. Beberapa jam kemudian, rusa sudah sampai ke pos pemberhentian pertama. Napasnya naik turun dengan cepat. Sambil bersandar kelelahan di pohon yang rimbun, rusa bergumam.
“Baru sampai mana si lambat itu berlari? Hihihihi…?”
“Sampai di belakangmu,” jawab teman siput yang sudah bersiaga di semak-semak.
Rusa kaget siput sudah berada di dekatnya. Saking terkejutnya rusa, ia langsung melonjak dan lari tunggang langgang. Tidak dipedulikannya rasa lelah yang dirasakannya. Rusa terus saja berlari. Sampai-sampai, dia tidak berhenti di pos kedua. Di pos ketiga, dia kelelahan. Dia berhenti sebentar untuk mengatur napasnya.
“Sekarang, tidak mungkin siput mampu mengejarku!” kata rusa disela engahnya.
“Mengapa berpikir begitu?” ujar teman siput yang lain santai, membalas ucapan rusa.
Tanpa berpikir panjang, rusa berlari lagi.
“Tidak ada yang boleh mengalahkanku! Apa kata rusa yang lain kalau aku mempermalukan bangsa sendiri?!” kata rusa pada dirinya sendiri.
Rusa terus berlari dan berlari. Tidak lupa di setiap pemberhentian, dia memastikan keberadaan si siput. Tentu saja teman siput siap menjawab segala perkataan rusa. Memasuki pos ke 11, rusa sudah kehabisan napas. Saking lelahnya, rusa jatuh tersungkur dan mati. Semua binatang yang pernah diremehkan rusa bersorak-sorak. Akhirnya, siput berhasil mengalahkan rusa yang sombong dengan cara memperdayainya.
:)

Senin, 24 Januari 2011

Azab Kubur karena Kasar terhadap Keluarga


Kisahnya:
Pada suatu hari salah seorang sahabat Rasulullah SAW yakni Sa'ad bin Mu'ad meninggal dunia.
Nabi Muhammand SAW yang datang bertakziah menyuruh para sahabatnya memandikan jenazah Sa'ad.
Sedangkan Beliau sendiri hanya berdiri di dekat pintu.

Ketika Jenazah itu di kafani, kemudian dibawa dan diletakkan di tempat pembaringan, Rasulullah SAW ikut mengantarkan tanpa memakai sorban dan selendang.
Awalnya Beliau mengambil posisi di sebelah kanan jenazah, lalu Beliau pindah ke sebelah kiri sampai jenazah itu diantarkan ke kuburan.

Ketika Sa'ad bin Mu'ad meninggal dunia, jenazahnya diantar oleh beberapa malaikat, diantaranya malaikat Jibril.
Setelah dimakamkan, Rasulullah SAW justru menyebut jika Sa'ad mendapatkan azab kubur.

Setelah sampai di kuburan, Rasulullah SAW turun ke liang lahatnya dan meletakkan batu bata dengan rata di atasnya.
"Duhai bebatuan, engkau temani aku.Duhai tanah yang basah, engkau temani aku, dan kau tutupi dia diantara bebatuan," Ujar Rasulullah SAW.

TANPA SURBAN
Setelah jenazah Sa'ad ditimbun dengan tanah hingga rata, Rasulullah SAW bersabda,
"Aku tidak tahu, apakah Sa'ad disiksa di kubur itu, tetapi Allah mencintai hamba yang beramal sesuai dengan yang ditetapkan oleh-Nya."

Nampaknya pernyataan Nabi Muhammad SAW itu di dengar oleh seorang perempuan tua.
Dan wanita itu adalah ibu Sa'ad.
Tanpa banyak bicara, ibu Sa'ad langsung bersimpuh di pusara anaknya.
Ia terlihat sedih akan kematian anaknya itu.
"Wahai Sa'ad, istirahatlah kamu di surga," ujarnya.

"Wahai ibu Sa'ad, janganlah kamu memaksa Tuhanmu, karena Sa'ad sekarang ini sedang ditimpa azab kubur," ujar Rasulullah SAW kepada ibu Sa'ad.
"Mengapa Wahai Rasulullah?" tanya ibu Sa'ad.
"Sesungguhnya Allah SWT kuasa atas semuanya," jawab Nabi SAW singkat.

Kemudian Rasulullah SAW dan semua sahabat pulang dari kuburan.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, kami melihat engkau bersikap terhadap Sa'ad tidak seperti kepada yang lain, engkau mengantarkan jenazahnya Sa'ad tanpa sorban dan selendang."

"Ketahuilah, bahwa aku melakukan itu karena malaikat datang tanpa sorban dan selendang, maka aku mengikutinta," kata Rasulullah SAW.
"Engkau mengambil posisi di sebelah kanan tempat pembaringan, kemudian pindah ke sebelah kiri.
Mengapa ya Rasulullah?" tanya sahabat yang lain.

"Tanganku mengikuti Jibril mengambil apa yang dia ambil," jawab Rasulullah SAW.
Setelah itu salah seorang sahabt yang satunya mengajukan pertanyaan lain.
"Engkau perintahkan kami memandikannya, dan engkau menyalatinya serta mengantarkan ke kuburnya, mengapa demikian?" tanyanya.

Mendapat pertanyaan itu, Rasulullah SAW bersabda,
"Sa'ad telah ditimpa azab kubur."
Nabi Muhammad SAW menegaskan,
"Sa'ad mendapat siksa kubur karena ketika hidup, Sa'ad berakhlak buruk (kasar) terhadap keluarganya."

Sejak pernyataan Rasulullah SAW tersebut, para sahabta lebih berhati-hati dalam bersikap terhadap orang lain, terutama terhadap keluarganya masing-masing.
Mereka tidak ingin mendapat siksa kubur seperti yang diterima Sa'ad.



** Ya Allah.. Selamatkan Aku, Keluargaku dan Saudara seimanku dari siksa Api Neraka..

Minggu, 23 Januari 2011

Abu Nawas ~ Menjual Raja

Menjual  Raja

Belum pernah Abu Nawas merasa menyesal dan seputus asa akhir-akhir ini.
Sudah 2 hari dapurnya tidak mengepul asap lagi karena tidak ada lagi barang yang busa dijual.

Sebenarnya Abu Nawas bisa saja menjual salah seorang dari teman-temannya untuk dijadikan budak oleh pembelinya.
Tetapi Abu Nawas tidak tega, apalagi kebanyakan teman-teman Abu Nawas adalah orang-orang yang miskin.
Namun bagaimanapun juga ia harus menjual manusia karena Abu Nawas sudah merasa tidak memiliki sesuatu barangpun yang patut untuk dijual.

Dengan tekat yang amat bulat, Abu Nawas merencanakan menjual Baginda Raja.
Karena menurut Abu Nawas hanya Baginda Raja yang pantas untuk dijual.
Bukankah selama ini Baginda Raja selalu mempermainkan dirinya dan menyengsarakan pikirannya...

Maka sudah sepantasnyalah kalau sekarang ini giliran Abu Nawas menyusahkan Baginda Raja.
Akhirnya Abu Nawas menghadap Baginda Raja dan berkata,
"Ada sesuatu yang amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada Paduka yang mulia," kata Abu Nawas memulai.
"Apa itu wahai Abu Nawas?" tanya Baginda langsung penasaran.
"Sesuatu yang hamba yakin belum pernah terlintas dalam benak Paduka yang mulia," kata Abu Nawas meyakinkan.

"Kalau begitu cepatlah ajak aku kesana untuk menyaksikannya," kata Baginda.
"Tetapi Baginda...," lanjut Abu Nawas.
"Tetapi apa?" tanya Baginda tidak sabar.
"Bila Baginda tidak menyamar sebagai rakyat biasa maka pasti nanti orang-orang akan banyak yang ikut menyaksikan benda ajaib itu," jelas Abu Nawas.

Karena begitu besar keinginantahuan Baginda Raja, maka Raja bersedia menyamar sebagai rakyat kecil seperti yang diusulkan oleh Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al-Rasyid berangkat menuju sebuah hutan.

Setibanya di hutan, Abu Nawas mengajak Baginda Raja mendekati sebuah pohon yang rindang dan memohon Baginda Raja menunggu di situ.
Sementara itu Abu Nawas menemui seorang kenalan yang pekerjaannya menjual budak.
Abu Nawas mengajak pedagang budak itu untuk melihat calon budak yang akan dijual kepadanya dari jarak yang agak jauh.

Abu Nawas beralasan bahwa sebenarnya calon budak itu adalah teman dekatnya.
Maka dari itu Abu Nawas tidak tega menjualnya di depan mata.
Setelah pedagang budak itu memperhatikan dari kejauhan, ia merasa cocok.
Abu Nawas pun membuat surat kuasa yang menyatakan bahwa pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh atas diri orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang itu.
Setelah itu Abu Nawas pergi begitu menerima beberapa keping uang emas dari pedagang budak itu.

Baginda Raja masih menunggu Abu Nawas di bawah pohon ketika pedagang budak menghampirinya.
Ia belum tahu mengapa Abu Nawas belum juga menampakkan batang hidungnya.
Baginda juga merasa heran kenapa ada orang lain di situ.

"Siapa engkau?" tanya Baginda Raja kepada pedang budak itu.
"Aku adalah tuanmu sekarang," kata pedagang budak agak kasar.
Tentu saja pedagang budak itu tidak mengenali Baginda Raja dalam pakaian yang amat sederhana itu.

"Apa maksud perkataanmu?" tanya Baginda Raja dengan wajah merah padam.
"Abu Nawas telah menjual engkau kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru dibuatnya,"kata pedagang budak itu dengan kasar.
"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?" kata Baginda dengan murka.
"Ya!" bentak pedagang budak.
"Tahukah engkau siapa aku ini sebenarnya?" 
"Tidak dan itu tidak perlu," kata pedagang budak itu dengan ketus.
"Aku adalah Rajamu, Sultan Harun Al-Rasyid," kata Baginda sambil menunjukkan tanda pengenal kerajaan.

Pedagang itu terperanjat dan mulai mengenal Baginda Raja.
Ia pun langsung menjatuhkan diri sembari meyembah Baginda Raja.
Baginda Raja mengampuni pedagang budak itu karena ia memang tidak tahu.
Akan tetapi kepada Abu Nawas, Baginda amat murka dan gemas.
Tetapi kepada Abu Nawas Baginda Raja amat murka dan gemas.
Ingin rasanya beliau meremas-remas tubuh Abu Nawas seperti kertas hehe...

Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya untuk menagkap Abu Nawas.
Tetapi Abu Nawas telah raib entah kemana karena ia tahu sedang diburu oleh prajurit kerajaa.
Dan setelah Abu Nawas tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, barulah ABu Nawas berani pulang.

Abu Nawas mulai menceritakan kepada istrinya apa yang sebenarnya terjadi.
Abu Nawas akhirnya memutuskan untuk mengelabui Baginda dengan cara berpura-pura mati.
Abu Nawas hanya bisa berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.

Kini kabar kematian Abu Nawas mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri.
Baginda sangat terkejut, marah dan geram sebenarnya.
namun juga merasa kasihan juga mendengar kabar kabar meninggalnya, mengingat Abu Nawasadalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.

Baginda Raja beserta beberapa pengawalnya menuju rumah Abu Nawas.
Setelah melihat tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja merasa terharu dan meneteskan air mata.
Beliau bertanya kepada istrinya.

"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?" tanya Baginda.
"Ada Paduka yang mulia," jawab istri Abu Nawas sambil menagis.
"Katakanlah," kata Baginda.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya di depan rakyat," kata istri Abu Nawas terbata-bata.

"Baiklah kalau itu permintaan terakhir Abu Nawas," kata Baginda menyanggupi.
Kemudian Baginda Raja mengumpilkan rakyatnya di tanah lapang dan berkata,
"Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini, aku Sultan Harun Al-Rasyid telah memaafkan semua kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku.
Dan kalianlah sebagai saksinya," Ujar Baginda.

Begitu mendengar pengampunan dari Baginda Raja Harun Al-Rasyid sendiri, Abu Nawas lekas-lekas beranjak dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Baginda.
Haahaaa... dasaarrr :))

Cerita Rakyat Maluku ~ Asal Usul Tanjung Menangis di HALMAHERA

tg-menangisDahulu kala terdapat kerajaan besar di Pulau Halmahera. Rajanya belum lama meninggal dunia. Ia meninggalkan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka bernama Baginda Arif, Putra Baginda Binaut, dan Putri Baginda Nuri. Putra Baginda Binaut sangat menginginkan kedudukan sebagai raja untuk menggantikan ayahnya. Keinginan itu disampaikan kepada patih kerajaan. “Aku harus menggantikan kedudukan ayahku.” Kata Binaut kepada sang Patih dengan penuh keyakinan.
Agar sang Patih ikut mendukung rencana tersebut, maka Binaut memberi janji bahwa jabatan sang Patih akan tetap dipertahankan, dan ia akan diberi hadiah emas berlian. Berkat bujuk rayu dan janji itulah, Sang Patih bersedia mendukung Binaut menjadi raja. Sang Patih segera mengatur para pengawal kerajaan untuk menangkap Sri Baginda Ratu, Putra Baginda Arif dan Putri Baginda Nuri. Setelah ditangkap, mereka dijebloskan di penjara bawah tanah.
“Kanda Binaut benar-benar kejam! Tamak! Tak tahu diri!” umpat Putri Baginda Nuri dengan penuh emosi. Namun, Sri Baginda Ratu meminta agar Nuri bersabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan ini. “Yang benar akan tampak benar dan yang salah akan tampak salah. Dan yang salah itu, kelak akan mendapatkan hukuman yang setimpal,” kata Sri Baginda Ratu menghibur dengan penuh keibuan, betapapun sangat sakit hati melihat kekejaman putra kandungnya.
Binaut merasa gembira setelah menjebloskan ibu dan saudara kandungnya ke penjara. Ia mengumumkan kepada rakyat kerajaan bahwa Sri Baginda Ratu dan putra-putrinya mengalami musibah di laut. Saat itu pula, Putra Baginda Binaut minta kepada para pembesar istana untuk segera dilantik menjadi raja. Sejak itu, Sri Baginda Binaut bersikap angkuh dan tinggi hati. Ia menganggap sebagai raja yang paling berkuasa di muka bumi ini.
Demi kepentingan dirinya, ia memerintahkan kepada seluruh rakyat kerajaan agar bekerja giat untuk membangun istana megah. Selain itu, diberlakukan berbagai pungutan pajak, diantaranya pajak hasil bumi, pajak hewan, pajak tanah. “Bukan main! Raja Binaut penghisap dan penindas rakyat!” kata salah seorang penduduk kepada yang lain. Mereka mengeluh dengan peraturan yang dikeluarkan Raja Binaut yang sangat merugikan rakyat. Tetapi, mereka takut membantah, apalagi berani melawan perintah raja, pasti kena hukuman berat.
Ada seorang pelayan istana raja bernama Bijak. Ia melarikan diri dari istana dan membentuk sebuah pasukan tangguh melawan raja Binaut. Paling tidak, mereka dapat membebaskan Sri Baginda Ratu dan putra-putrinya. “Kita harus segera bertindak menyelamatkan mereka,” kata Bijak dengan penuh harap. Hal ini didukung teman-temannya.
Waktu itu, banyak para pegawai istana yang telah membelot bergabung dengan Bijak. Bijak pun telah mempelajari bagaimana mengadakan penyelamatan itu. Bila penyelamatan berhasil, direncanakan mengadakan penyerangan ke istana Raja Binaut. Berkat kepemimpinan Bijak, dalam sekejap mereka berhasil menyelamatkan Sri Baginda Ratu dan putra-putrinya yang dipenjara Binaut. Mereka langsung dibawa ke hutan.
“Kuucapkan terima kasih tak terhingga,” ucap Sri Baginda Ratu dengan tersendat. Mereka tampak kurus kering karena selama dipenjara di bawah tanah jarang makan dan minum. Bijak pun menyampaikan kepada Sri Baginda Ratu akan mengadakan penyerangan ke istana. Tetapi, Sri Baginda Ratu tidak setuju, ia tidak mau berlumuran darah bangsanya sendiri. Ketamakan, kebengisan, iri dan dengki akan kalah dengan doa permohonan yang disampaikan kepada Tuhan.
Raja Binaut berlaku semena-mena terhadap rakyatnya. Sang Patih yang selalu mendukung keputusan Raja Binaut lama-kelamaan tidak senang dengan perilaku Raja. Tetapi ia tidak berani mengeluarkan sikap yang melawan. Kalau itu dilakukan pasti ia langsung dipecat dan dijebloskan penjara. Saat itu penjara penuh dengan tahanan. “Siapa yang melawan Raja, hukuman penjaralah tempatnya.” Itulah kesombongan Raja Binaut. Karena ia merasa yang paling berkuasa dan paling tinggi.
Namn tak disangka, sebuah bencana alam terjadi. Sebuah gunung meletus dengan sangat dahsyat. Lahar panas mengalir ke segala penjuru. Istana Raja Binaut pun menjadi sasaran lahar panas. Ternyata sebagian besar lahar panas telah meluluh lantakkan bangunan istana yang baru saja selesai dibangun dari hasil keringat rakyat. Raja Binaut kebingungan mencari perlindungan. Ia lari pontang-panting tak tahu arah tujuan.
Anehnya, lahar seolah-olah mengejar kemanapun Raja Binaut lari. “Tolong-tolong!” teriak Binaut. Lahar panas itu sedikit demi sedikit menempel di kaki Binaut. Seketika itu juga kakinya melepuh dan kulitnya terkelupas. Ia berusaha untuk tidak berhenti berlari. Lahar panas mulai menjalar ke tubuhnya. Ia sangat tersiksa. Ketika ia mengalami siksaan lahar panas itu ia ingat ibunya. Ia mohon ampun. “Ampunilah aku, bu! Maafkanlah aku, bu! Aku sudah tidak kuat menanggung penderitaan ini! Aku tidak akan mengkhianati ibu, kakak Arif dan adik Nuri lagi. Maafkanlah aku! Ibu! Ibu!” teriak Binaut karena kesakitan. Namun teriakan itu hilang perlahan-lahan dan akhirnya ia meninggal.
Jasad Binaut terdampar di sebuah pantai. Seketika itu juga tempat itu berubah menjadi sebuah Tanjung. Konon, tanjung itu sering terdengar orang menangis minta belas kasihan karena mengalami siksaan yang amat sangat. Kini tempat terdamparnya Binaut itu dinamakan Tanjung Menangis.
Moral : Moral : Sifat iri, dengki dan tamak akan membawa celaka dan pembalasan setimpal. Karenanya jauhilah sifat-sifat tersebut.

Cerita Rakyat Maluku ~ Tanjung Marthafonz

Tanjung Marthafonz

Ada satu Desa di jazirah Baguala namanya Desa Poka, biasa orang bilang akakng Desa Poka-Rumah Tiga. Dolo di Desa ini tinggal satu keluarga yang sangat sederhana tapi dong hidup bahagia.

Kepala keluarga nama Bapa Bram antua pung kerja sebagai petani dan biasa panggayo parau bawa orang dari Poka Rumah Tiga ke Galala pulang pergi, sedangkan antua pung bini nama mama Mina, mama Mina ini cantik, rajin deng ada karja par bantu-bantu Bapa Bram par tambah penghasilan keluarga yaitu dengan cara bakar sagu.

Bapa Bram deng mama Mina pung satu orang anak paranmpuang yang paling cantik, saat itu anak itu berusia 16 tahun. Anak itu pung nama Martha, kulit itam manis, rambut pata mayang panjang taure sampe di bitis kaki.

Suatu sore abis mama Mina bakar sagu, biasanya nona Martha bajalang jual par orang-orang disekitar Desa Poka, dia selalu pakai baju cele merah muda, konde boch yang cantik, sagu taruh di atas dulang. Martha keku di kepala lalu bajalang jual sagu. 

Nona Martha bajalang kaluar masu lorong-lorong sambil bataria.
............sagu, tante bali sagu. Sagu.....sagu bali sagu kaseng.

Nona Martha biasanya bajual lewat di muka barak/asrama tentara Portugis akang pung tampa seng jauh dari tampa ferry sekarang.

Satu kali bagini sore-sore nona Martha bajalang jual sagu di muka barak/asrama tentara Portugis lai sama biasa Martha bataria sagu.......sagu beli sagu.....ehh...Martha kaget, Martha takajo barang di muka Martha su badiri seorang laki-laki gagah nih.....tentara Portugis.
Tentara tu pung dalang hati, cantik sakali yaa...

Hari datang hari, bulang ganti bulang nona Martha tetap tekun tarus deng pekerjaan jual sagu.
Suatu hari bagini sama biasa Martha bajalang jual sagu bajalang lewat muka asrama tentara Portugis lai sambil mulai bataria sagu....sagu.....

ehh...Martha kaget lai skrek paskali karna tiba-tiba dengar suara dari dalang asrama bataria “sagu...sagu...sagu...sini !!!” 

Martha deng langkah paparipi iko suara tadi, tapi Martha paling taku barang mau masu dalang asrama nih...ehh laki-laki itu kasih dia pung tangang dalam hati beta, oh...dia mau cari kanal “saya Alfonzo nona nama siapa..?” ...saya Martha.. 

wah !!! kamu cantik sekali Martha... 
Martha pung jantong ta pukol, taku ni....
seng tahang lai Martha tanya, tuan panggil saya mau bali sagu kan...?, t
api...mengapa tuan seng beli?....beta mau pi jua....

”ya nona Martha sagunya saya beli semuanya ya...”

Nona Martha iya...iya. 
Persis tentara tu bayar sagu Martha bilang dangke banya tuan, lalu Martha minta permisi pulang. 

Tentara bilang :ya nona Martha besok datang lagi ya..”
Sambil jawab ia...ia...nona Martha setengah lari cepat-cepat bajalang kastinggal barak/asrama tentara itu.

Alfonzo adalah komandan tentara Portugis yang tugas di Ambon. Portugis menjajah Indonesia waktu itu dari taong 1569-1571.

Pas sampe di rumah mama Mina su badiri di muka pintu tunggu Martha deng sanang hati barang mama Mina lia dulang su kosong, sagu su laku ni... 

Kaget mama Mina lia Martha pucat paskali, mama Mina sapu-sapu Martha pung bahu, sambil tanya “ayo ana Martha se kanapa ni...........ana ......se mau bilang apa par mama apa yang su terjadi par se lai, bilang par mama jua”

Bagini ma... tadi waktu beta bajual sagu di muka asrama ka barak tentara Portugis tu ada tentara satu panggel, dia bilang dia mau balu sagu. Sampe kasana akang tentara tu seng langsung ambil sagu, mar dia kasih tangang par bakukanal deng beta 

“lalu ana.....lalu dia nama sapa....” 

ia pung nama Alfonzo ma.....mama dia paleng bae........dia bayar sagu samua la beta pulang.....” 

ohh, itukan Cuma baku kanal saja kata mama Mina.

Beberapa hari lai Martha bajual sama biasa lewat di muka asrama sambil bataria sagu...sagu...bali sagu kaseng.....

Eh Martha kaget dia seng sangka kalo yang badiri di muka Martha ....ni... Alfonzo persis Martha mau lari.....tapi alfonso su pegang dulang sagu.

Alfonzo bawa Martha masu dalang asrama di..... Alfonzo pung tampa tinggal. 
Martha bilang jang tuang.....beta taku  
“kamu jangan takut Martha, saya akan bayar semua sagu yang kamu jual”.

Alfonzo bilang “Martha saya ingin bersahabat dengan kamu, maukah kamu bersahabat dengan saya?...

Boleh tuang boleh sambil mengangguk kepalanya. 

Bulan berganti bulan datang taong. Martha su umur 17 tahun. 
Martha deng Alfonzo lebih hari lebih dekat su sama sepasang kekasih...........
dong dua su batunangang sambunyi-sambunyi mar Bapa Bram dengn mama Mina su dapa tau Martha deng Alfonzo pung hubungan.

Bapa Bram seng setuju. 
Tapi Alfonzo berani saja datang ke rumah Bapa Bram deng mama Mina minta Martha par mau kaweng. 
Bapa Bram bilang par Alfonzo  “sabar Martha masi muda tunggu sampa Martha umur 19 tahun jua”.

Alfonzo tetap sabar saja Martha bajual sagu sama biasa tapi begitu Martha bajual sampe di asrama alfonzo panggil langsung alfonzo kasih harga sagu lalu dong dua dudu bacarita sa. Martha takser su waktu par mau pulang, Martha pulang. S
uatu hari bagini kabar datang dari Batavia tepat tahun 1571, Portugis ditarik mundur.

Cita-cita tinggal cita-cita kini nasib berkata laeng tentara Portugis dari Ambon harus menuju Batavia. Kapal prang Portugis su balabu di pantai Poka tampa ferry sakarang ini.

Perpisahan harus terjadi Martha deng Alfonzo badiri baku polo Martha manangis kasiang-kasiang. 
Sambil polo Martha, Alfonzo bilang “sabar ya...tunggu saya Martha saya akan kembali mengambil Martha sebagai istri saya..........Tunggu saya kembali di Ambon ya Martha “ 
Martha cuma angguk-angguk kepala saja.

Pasukan tentara satu abis satu naik ke kapal. Alfonzo peluk Martha satu kali lai...l
alu Alfonzo naik ke kapal, dia naik paling belakang karna Alfonzo komandan palaton.

Sampe di atas kapal Alfonzo bataria “Martha tunggu saya ya” 
kapal stom 3 kali Martha ambil lengso putih Martha kipas sambil bataria ...Alfonzo....Alfonzo.....Alfonzo....
Martha seng tahang lai sambil manangis Martha buang badang lalu baranang Alfonzo lihat Martha su masu ka laut deng Alfonzo buang badang lai.

Kabar sampe ke Bapa Bram, Martha pung papa bahwa, Martha su buang badang ka laut karna Alfonzo.

Bapa Bram deng mama Mina tunggu di pante mangkali Martha timbol pada hal seng.

Bapa Bram panggel orang-orang par bantu panggayo deng Bapa Bram cari Martha. 
Tapi sia-sia belaka kedua kekasih itu ilang di dalam laut sampe tadi ni. 

Tampa dong dua tinggalang itu akang pung nama “ Tanjung Marthafonz ” gabungan dari nama dua kekasih Martha dan alfonzo. 
:)